Jumat, 01 Maret 2013

Masalah Penjualan Waqaf

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Ditulis oleh : al_Ustadz Abul-Hasan alwonogiri
Cikarang-Bekasi

Penjelasan singkat seputar silang pendapat  para ulama tentang penjualan barang yang diwaqafkan .

Segala puji bagi alloh yang telah menciptakan manusia dan menyempurnakannya dengan akal untuk menilai dan menimbang sesuatu  yang terbaik baginya sholawat serta salam kita limpahkan kepada junjungan dan teladan kaum muslimin nabi muhammad sholallohu alaihi wasalam   adapun setelah itu :
Saya mulai dengan meminta pertolongan Alloh ta’ala :
Untuk memudahkan bagi pembaca yang budiman saya akan membagi pembahasan ini menjadi  tiga  bagian  :
  1. Gambaran yang  diperbolehkan menjual  waqaf  .
  2. Gambaran yang  dilarang menjual  waqaf .
  3. Gambaran yang diperselisihkan tentang boleh dan tidaknya untuk dipindahkan atau dijual –belikan.
Bagian pertama : Gambaran yang disepakati diperbolehkan menjual waqaf :
1/ Apabila terjadi kerusakan pada ( barang) waqaf dan tidak bisa untuk dimanfaatkan lagi maka dijual dan dibelikan yang semisalnya .

Disebutkan sheikh utsaimin dalam kitabnya syarh mumti’ :
قوله: «إلا أن تتعطل منافعه» ففي هذه الحال يجوز أن يباع، كرجل أوقف داره على أولاده فانهدمت الدار، فيجوز أن تباع.
 Kata penulis : “ kecuali terabaikan atau hilang kemanfaatannya “ maka dalam keadaan ini diperbolehkan untuk dijual . seperti seorang laki-laki yang mewaqafkan rumahnya kepada anak-anaknya kemudian rumah itu mengalami  kerusakan maka boleh dijual .

Dan hasil dari penjualan tadi dipergunakan untuk membeli yang serupa atau sebagiannya dan tidak diperbolehkan hasil dari penjualannya dibagi-bagikan berupa uang kepada mereka , karena apabila dibagikan uang maka akan habis dan hilanglah maksud dari waqaf itu sendiri .
Berkata ibnu qudamah dalam kitabnya al-mughy :
لا يجوز تغيير الوقف بالبيع مع إمكان الانتفاع به
“  tidak boleh merubah waqaf  dengan memperjual-belikan apabila masih bisa dimanfaatkan “.

Ma’nanya apabila waqaf tersebut sudah tidak bisa untuk dimanfaatkan maka boleh untuk dijual dan digantikan dengan yang serupa sehingga tidak merubah maksud  dari waqaf tersebut  ,dan sema’na dengan ini disebutkan dari mazhab imam ahmad beliau membolehkan menjual waqaf apabila tidak bermanfaat lagi sebagaimana dinukilkan  dalam syarh umdahtul ahkam .

dan disebutkan pula dari al-imam abu hanifah pendapat beliau yang syadz yang memperbolehkan menjual waqf dan  menarik kembali waqaf oleh pemiliknya  dan dikritik oleh muridnya abu yusuf : ” kalau seandainya sampai kepadanya  hadits umar maka tidak akan berpendapat seperti ini “ .

Disebutkan dalam Fatawa Lajnah Addaaimah : “ diperbolehkan untuk menjual sebagian tanah waqaf untuk memperbaiki sebagiannya apabila tidak ada yang lain selain itu .

dinukilkan juga dari Fatawa wa rosaail muhammad bin ibrohim (9/113) :
جواز بيع الوقف لاختلاله وقلة مغله ولوجود الغبطة والمصلحة ، وعمارة وقف من غلة وقف آخر
“ diperbolehkan menjual waqaf  karena kurang berguna dan sedikit manfaatnya dan adanya keinginan serta kemashlahatan , dan juga memperbaiki waqaf dengan waqaf yang lainnya ( menjual sebagian waqaf untuk memperbaiki yang lainnya dengan syarat satu pemilik dan satu tujuan ). Disebutkan dalam al-inshof : “ apabila satu tujuan “.
لما روي أن عمر بن الخطاب كتب إلى سعد لما بلغه أن بيت المال الذي بالكوفة نقب : أن انقل المسجد الذي بالتمارين واجعل بيت المال قبلة المسجد ، فإنه لن يزال في المسجد مصل . وكان هذا بمشهد من الصحابة ولم يظهر خلافه .
Diriwayatkan dari umar bi alkhotob beliau mengirim surat kepada sa’ad ketika sampai kabar kepada umar kalau baitulmaal yang di kuufah dilubangi : “ pindahkanlah masjid yang ditamaariin dan tempatkan baitul maal disebelah kiblat masjid “. Padahal dimasjid masih ada yang mempergunakan untuk sholat . keputusan ini disaksikan oleh para shohabat dan mereka tidak menyelisihinya .

Bagian kedua : Gambaran yang disepakati dilarang menjual  waqaf tersebut .
Disebutkan dalam zaadul mustaqni :
الوقف عقد لازم لا يجوز فسخه
“ waqaf adalah aqad yang tetap tidak boleh dibatalkan “ .
Yang tidak boleh dibatalkan atau dirubah ataupun ditarik kembali seperti shodaqoh
 .
Apabila tidak terabaikan manfaatnya dan masih digunakan sebagaimana mestinya serta tidak ada kemashlahatan dalam menjualnya , masuk dalam hal ini juga tidak boleh untuk digadaikan dan ini hukum asal dalam waqaf tidak dijual ataupun digadai .
لا يجوز تغيير الوقف بالبيع مع إمكان الانتفاع به
“  tidak boleh merubah waqaf  dengan memperjual-belikan apabila masih bisa dimanfaatkan “.

Disebutkan dalam syarh mumti’ : “ ada perbedaan pendapat dari kalangan ulama tentang seorang yang mewaqafkan barang dalam keadaan orang ini memiliki hutang yang banyak apakah boleh dia menjual waqafnya atau tidak ?  beliau berpendapat diperbolehkan menjual waqaf tersebut unutk melunasi hutangnya karena itu wajib adapun waqaf tathowwu’ ( sunah ) saja dan ini pendapat sheikul islam sebagaiman beliau nukilkan  Adapun apabila seseorang tadi terpaksa berhutang setelah terjadi aqad waqaf maka beliau menguatkan pendapat tidak boleh dijual .

Bagian ketiga : Gambaran yang diperselisihkan tentang boleh dan tidaknya untuk dipindahkan atau dijual –belikan .
  1. Apabila manfaatnya sedikit  tidak hilang sama sekali atau dialihkan kepada yang lebih bermanfaat dan lebih baik apabila ada kebutuhan dan kemashlahatan .
Dalam hal ini ada selang pendapat dari para ulama apakah boleh untuk dijual kemudian dialihkan yang serupa dan lebih baik atau tidak  atau ditukar dengan yang lain yang serupa yang lebih bermanfaat  seperti tanah dengan tanah atau kuda perang dengan kuda perang yang lebih baik ?

Sebagian tidak membolehkan secara mutlak sampai benar-benar tidak bermanfaat dan hal ini menyelisihi dari maqoosidussyari’at yang mengacu pada setiap kemashlahatan .
Pendapat lain dan ini yang lebih kuat adalah diperbolehkan apabila ada kemashlahatan yang lebih baik dan kuat  berkata syeikhul islam :
جواز بيعه للمصلحة بحيث ينقل إلى ما هو أفضل، واستدل لهذا بقصة الرجل الذي نذر إن فتح الله على رسوله صلّى الله عليه وسلّم مكة أن يصلي في بيت المقدس فقال له النبي صلّى الله عليه وسلّم: «صل هاهنا» فأعاد عليه مرتين أو ثلاثاً فقال: «فشأنَك إذن» (1) .
“ diperbolehkan menjual waqaf untuk kemashlahatan seperti memindahkan kepada yang lebih afdhol “.

Beliau berdalil dengan hadits kisah seorang laki-laki yang bernadzar apabila alloh membukakan  mekah untuk nabinya akan sholat dibaitil maqdis .maka nabipun berkata padanya : “ sholatlah disini “ beliau ulangi tiga kali lantas beliau berkata : “ terserah kamu kalau begitu “.

Beiau juga berkata:
قال شيخ الإسلام ” ابن تيميهَ ” رحمه الله: “ومع الحاجة يجب إبدال الوقف بمثله، وبلا حاجة يجوز بخير منه، لظهور المصلحة”.
“ kalau ada kebutuhan wajib mengganti waqaf dengan yang semisalnya dan tanpa kebutuhan boleh mengganti dengan yang lebih baik darinya karena adanya kebaikan “.

Wallohu a’lam bishhowaab

0 komentar:

Posting Komentar