بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Ditulis oleh : al_Ustadz Abul-Hasan alwonogiri
Cikarang-Bekasi
Penjelasan singkat seputar silang pendapat para ulama tentang penjualan barang yang diwaqafkan .
Segala puji bagi alloh yang telah menciptakan manusia dan
menyempurnakannya dengan akal untuk menilai dan menimbang sesuatu yang
terbaik baginya sholawat serta salam kita limpahkan kepada junjungan dan
teladan kaum muslimin nabi muhammad sholallohu alaihi wasalam adapun
setelah itu :
Saya mulai dengan meminta pertolongan Alloh ta’ala :
Untuk memudahkan bagi pembaca yang budiman saya akan membagi pembahasan ini menjadi tiga bagian :
- Gambaran yang diperbolehkan menjual waqaf .
- Gambaran yang dilarang menjual waqaf .
- Gambaran yang diperselisihkan tentang boleh dan tidaknya untuk dipindahkan atau dijual –belikan.
Bagian pertama : Gambaran yang disepakati diperbolehkan menjual waqaf :
1/ Apabila terjadi kerusakan pada ( barang) waqaf
dan tidak bisa untuk dimanfaatkan lagi maka dijual dan dibelikan yang
semisalnya .
Disebutkan sheikh utsaimin dalam kitabnya syarh mumti’ :
قوله: «إلا أن تتعطل منافعه» ففي هذه الحال يجوز أن يباع، كرجل أوقف داره على أولاده فانهدمت الدار، فيجوز أن تباع.
Kata penulis : “ kecuali terabaikan atau hilang kemanfaatannya “
maka dalam keadaan ini diperbolehkan untuk dijual . seperti seorang
laki-laki yang mewaqafkan rumahnya kepada anak-anaknya kemudian rumah
itu mengalami kerusakan maka boleh dijual .
Dan hasil dari penjualan tadi dipergunakan untuk membeli yang serupa
atau sebagiannya dan tidak diperbolehkan hasil dari penjualannya
dibagi-bagikan berupa uang kepada mereka , karena apabila dibagikan uang
maka akan habis dan hilanglah maksud dari waqaf itu sendiri .
Berkata ibnu qudamah dalam kitabnya al-mughy :
لا يجوز تغيير الوقف بالبيع مع إمكان الانتفاع به
“ tidak boleh merubah waqaf dengan memperjual-belikan apabila masih bisa dimanfaatkan “.
Ma’nanya apabila waqaf tersebut sudah tidak bisa untuk dimanfaatkan
maka boleh untuk dijual dan digantikan dengan yang serupa sehingga tidak
merubah maksud dari waqaf tersebut ,dan sema’na dengan ini disebutkan
dari mazhab imam ahmad beliau membolehkan menjual waqaf apabila tidak
bermanfaat lagi sebagaimana dinukilkan dalam syarh umdahtul ahkam .
dan disebutkan pula dari al-imam abu hanifah pendapat beliau yang
syadz yang memperbolehkan menjual waqf dan menarik kembali waqaf oleh
pemiliknya dan dikritik oleh muridnya abu yusuf : ” kalau seandainya
sampai kepadanya hadits umar maka tidak akan berpendapat seperti ini “ .
Disebutkan dalam Fatawa Lajnah Addaaimah : “ diperbolehkan untuk menjual sebagian tanah waqaf untuk memperbaiki sebagiannya apabila tidak ada yang lain selain itu .
dinukilkan juga dari Fatawa wa rosaail muhammad bin ibrohim (9/113) :
جواز بيع الوقف لاختلاله وقلة مغله ولوجود الغبطة والمصلحة ، وعمارة وقف من غلة وقف آخر
“ diperbolehkan menjual waqaf karena kurang berguna dan sedikit
manfaatnya dan adanya keinginan serta kemashlahatan , dan juga
memperbaiki waqaf dengan waqaf yang lainnya ( menjual sebagian waqaf
untuk memperbaiki yang lainnya dengan syarat satu pemilik dan satu
tujuan ). Disebutkan dalam al-inshof : “ apabila satu tujuan “.
لما روي أن عمر بن الخطاب كتب إلى سعد لما بلغه أن بيت المال
الذي بالكوفة نقب : أن انقل المسجد الذي بالتمارين واجعل بيت المال قبلة
المسجد ، فإنه لن يزال في المسجد مصل . وكان هذا بمشهد من الصحابة ولم يظهر
خلافه .
Diriwayatkan dari umar bi alkhotob beliau mengirim surat kepada sa’ad
ketika sampai kabar kepada umar kalau baitulmaal yang di kuufah
dilubangi : “ pindahkanlah masjid yang ditamaariin dan tempatkan baitul
maal disebelah kiblat masjid “. Padahal dimasjid masih ada yang
mempergunakan untuk sholat . keputusan ini disaksikan oleh para shohabat
dan mereka tidak menyelisihinya .
Bagian kedua : Gambaran yang disepakati dilarang menjual waqaf tersebut .
Disebutkan dalam zaadul mustaqni :
الوقف عقد لازم لا يجوز فسخه
“ waqaf adalah aqad yang tetap tidak boleh dibatalkan “ .
Yang tidak boleh dibatalkan atau dirubah ataupun ditarik kembali seperti shodaqoh
.
Apabila tidak
terabaikan manfaatnya dan masih digunakan sebagaimana mestinya serta
tidak ada kemashlahatan dalam menjualnya , masuk dalam hal ini juga
tidak boleh untuk digadaikan dan ini hukum asal dalam waqaf tidak dijual
ataupun digadai .
لا يجوز تغيير الوقف بالبيع مع إمكان الانتفاع به
“ tidak boleh merubah waqaf dengan memperjual-belikan apabila masih bisa dimanfaatkan “.
Disebutkan dalam syarh mumti’ : “ ada perbedaan pendapat dari
kalangan ulama tentang seorang yang mewaqafkan barang dalam keadaan
orang ini memiliki hutang yang banyak apakah boleh dia menjual waqafnya
atau tidak ? beliau berpendapat diperbolehkan menjual waqaf tersebut
unutk melunasi hutangnya karena itu wajib adapun waqaf tathowwu’ ( sunah
) saja dan ini pendapat sheikul islam sebagaiman beliau nukilkan
Adapun apabila seseorang tadi terpaksa berhutang setelah terjadi aqad
waqaf maka beliau menguatkan pendapat tidak boleh dijual .
Bagian ketiga : Gambaran yang diperselisihkan tentang boleh dan tidaknya untuk dipindahkan atau dijual –belikan .
- Apabila manfaatnya sedikit tidak hilang sama sekali atau dialihkan kepada yang lebih bermanfaat dan lebih baik apabila ada kebutuhan dan kemashlahatan .
Dalam hal ini ada selang pendapat dari para ulama apakah boleh untuk
dijual kemudian dialihkan yang serupa dan lebih baik atau tidak atau
ditukar dengan yang lain yang serupa yang lebih bermanfaat seperti
tanah dengan tanah atau kuda perang dengan kuda perang yang lebih baik ?
Sebagian tidak membolehkan secara mutlak sampai benar-benar tidak
bermanfaat dan hal ini menyelisihi dari maqoosidussyari’at yang mengacu
pada setiap kemashlahatan .
Pendapat lain dan ini yang lebih kuat adalah diperbolehkan apabila
ada kemashlahatan yang lebih baik dan kuat berkata syeikhul islam :
جواز بيعه للمصلحة بحيث ينقل إلى ما هو أفضل، واستدل لهذا
بقصة الرجل الذي نذر إن فتح الله على رسوله صلّى الله عليه وسلّم مكة أن
يصلي في بيت المقدس فقال له النبي صلّى الله عليه وسلّم: «صل هاهنا» فأعاد
عليه مرتين أو ثلاثاً فقال: «فشأنَك إذن» (1) .
“ diperbolehkan menjual waqaf untuk kemashlahatan seperti memindahkan kepada yang lebih afdhol “.
Beliau berdalil dengan hadits kisah seorang laki-laki yang bernadzar
apabila alloh membukakan mekah untuk nabinya akan sholat dibaitil
maqdis .maka nabipun berkata padanya : “ sholatlah disini “ beliau ulangi tiga kali lantas beliau berkata : “ terserah kamu kalau begitu “.
Beiau juga berkata:
قال شيخ الإسلام ” ابن تيميهَ ” رحمه الله: “ومع الحاجة يجب إبدال الوقف بمثله، وبلا حاجة يجوز بخير منه، لظهور المصلحة”.
“ kalau ada kebutuhan wajib mengganti waqaf dengan yang semisalnya
dan tanpa kebutuhan boleh mengganti dengan yang lebih baik darinya
karena adanya kebaikan “.
Wallohu a’lam bishhowaab
0 komentar:
Posting Komentar